Senin, 30 November 2015


FRAUD TREE

Kecurangan atau penyimpangan (fraud) dapat diartikan sebagai suatu tindakan secara sadar atau tidak (kebiasaan) yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dalam melanggar aturan yang telah diterapkan untuk keuntungan pribadi. 


Oleh karena itu, ACFE membuat suatu klasifikasi yang disebut “Fraud Tree”, yaitu sistem klasifikasi mengenai kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan di dalam suatu perusahaan. Secara umum, klasifikasi yang dilakukan terbagi menjadi tiga, yaitu:
1.             Korupsi (Corruption)
2.             Penyimpangan atas aset (Asset Missappropriation)
3.             Pernyataan Palsu (Fraudulent Statements)

Penjelasan :
1.    Corruption (korupsi), merupakan tindakan yang dilakukan biasanya oleh satu atau lebih orang yang saling menguntungkan.
a.     Conflicts of Interest (Konflik Kepentingan). Setiap perusahaan akan mengharapkan bahwa setiap pegawainya melakukan pekerjaan dengan cara yang memuaskan kepentingan perusahaan. Konflik kepentingan muncul ketika seorang pegawai bertindak atas nama kepentingan pihak ketiga selama melakukan pekerjaannya atau atas nama kepentingan diri sendiri dalam kegiatan yang dilakukannya. Ketika konflik kepentingan pegawai tidak diketahui oleh perusahaan dan mengakibatkan kerugian keuangan, ini berarti telah terjadi fraud.
1)             Purchases Schemes, yaitu skema pembelian
2)             Sales Schemes, yaitu skema penjualan
b.    Bribery (penyuapan). Merupakan baguan yang akrab dalam kehidupan bisnis dan politik di Indonesia. Penyuapan melibatkan pemberian, penawaran, permohonan, atau penerimaan sesuatu yang berharga untuk mempengaruhi seorang petugas dalam melakukan pekerjaannya menurut hukum. Para petugas tersebut mungkin dipekerjakan oleh pemerintah (atau pihak yang berwenang) atau oleh organisasi swasta. Fraud penyuapan menipu entitas (organisasi bisnis atau agen pemerintah) akan hak untuk jujur dan jasa kesetiaan dari mereka yang dipekerjakannya.
1)       Invoice Kickbacks (suap faktur), merupakan salah satu bentuk penyuapan di mana si penjual "mengiklaskan" sebagian dari hasil penjualannya. Persentase yang diiklaskan itu bisa diatur di muka, atau diserahkan sepenuhnya pada "keiklasan" penjual. Kickbacks merupakan korupsi dalam hal pembelian
2)        Bid Rigging merupakan korupsi dalam hal penjualan yang merupakan permainan dalam tender
c.      Illegal Gratuities (persenan ilegal), merupakan pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. Hal ini melibatkan pemberian, penerimaan, penawaran, atau permohonan sesuatu yang berharga karena tindakan resmi yang telah dilakukan. Ini mirip dengan suatu penyuapan, tetapi transaksinya terjadi setelah fakta pekerjaan tersebut dilakukan. Contohnya seperti hadiah perkawinan, hadiah ulang tahun, hadiah perpisahan, dll
d.    Economic Extortion (pemerasan ekonomi), merupakan penggunaan (atau ancaman) kekuatan (termasuk sanksi ekonomi) oleh individual atau organisasi untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. Item yang berharga itu dapat berupa aktiva keuangan atau ekonomi, informasi, atau kerjasama untuk mendapatkan suatu keputusan yang menguntungkan atas pekerjaan atau hal tertentu yang sedang ditangani.
Praktek Act Foreign Corrupt 1977 :
-            Indikasi korupsi di dunia bisnis
-            Dampak akuntansi dengan mengharuskan catatan yang akurat dan pengendalian internal
2.       Asset Misappropriation (penyalahgunaan aset). Penyalahgunaan terhadap aktiva tetap atau harta perusahaan yang digunakan untuk keuntungan pribadi. Jenis yang paling umum dari penipuan dan sering terjadi sebagai penipuan karyawan. Contoh : membuat biaya untuk rekening pengeluaran untuk menutupi pencurian aset (terutama tunai)
a.        Cash
1)      Larceny (pencurian). Kas dicuri setelah kas dicatat pada buku perusahaan. Peluang untuk terjadinya penjarahan jenis ini berkaitan erat dengan lemahnya sistem pengendalian intern, khususnya yang berkenaan dengan perlindungan keselamatan aset (safeguarding of assets)
a)         Of Cash on Hand, yang ditandai dengan tidak adanya penjelasan terhadap selisih kas yang terjadi
b)   From the Deposit, yang ditandai dengan slip deposito yang diubah atau disalahgunakan
2)            Skimming. Kas dicuri sebelum dilakukan pencatatan pada buku perusahaan
a)       Sales dengan ciri-ciri penjualan tetap atau menurun dengan harga pokok penjualan yang meningkat, unrecorded, understated
b)        Receivables dengan ciri meningkatnya piutang usaha dibandingkan dengan kas, write-off schemes, lapping schemes
c)           Refunds & other
3)        Fraudulent Disbursements, terjadi ketika arus uang sudah terekam dalam (atau sudah masuk ke) sistem. Fraudulent Disbursements mempunyai tanda tanda awal terjadinya penyalahgunaan kas yaitu meningkatnya pengeluaran ringan (misalnya biaya konsultasi atau iklan), alamat rumah pegawai sama dengan alamat vendor, alamat vendor merupakan PO. BOX, nama vendor terdiri atas inisial huruf atau tujuan bisnis yang tidak jelas. Biasanya terjadi penipuan manajemen.
a)      Billing schemes. Merupakan skema permainan (schemes) dengan menggunakan proses billing atau pembebanan tagihan sebagai sarananya. Perusahaan melakukan pengeluaran uang berdasarkan faktur fiktif untuk barang atau jasa yang dibeli, faktur yang di mark up nilainya, atau faktur untuk keperluan pribadi. Hal ini dilakukan melalui :
-            Shell company
-            Non-accomplice vendor
-            Personal purchases
b)  Payroll schemes. Merupakan skema permainan melalui pembayaran gaji. Perusahaan melakukan pembayaran klaim kompensasi berdasarkan data yang tidak seharusnya. Hal ini dapat berupa :
-            Ghost employees
-            Commission schemes
-            Workers’ compensation
-            Falsified wages
c)        Check tampering. Pelaku menukarkan dana perusahaan dengan mengubah dana pada salah satu bank perusahaan, atau mencuri cek yang ditujukan untuk pihak lain. Hal ini dapat berupa :
-            Forged maker
-            Forged endorsement
-            Altered payee
-            Concealed check
-            Authorized maker
d)           Register disbursement schemes. Pelaku memasukkan input yang salah pada cash register untuk menutupi uang yang diambil. Hal ini dapat berupa :
-            False Voids
-            False Refunds
b.       Inventory and all Other Assets
1)            Misuse, yaitu penyalahgunaan. Merupakan penyalahgunaan aset
2)            Larceny, yaitu pencurian. Merupakan pencurian :
a)            Asset Req. & Transfers
b)            False Sales & Shipping
c)             Purchasing & Receiving
d)            Unconcealed Larceny
3.       Fraudulent Statements, hal ini berkaitan dengan fraud manajemen. Sementara semua fraud melibatkan bentuk penyimpangan laporan keuangan, untuk memenuhi definisi di bawah kelas skema fraud, laporan itu sendiri harus memberi keuntungan bagi pelakunya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, laporan tersebut tidak sekadar sarana untuk menutupi atau mengaburkan tindakan kecurangan. Fraudulent statements mempertanggungjawabkan sekitar 5% dari kasus fraud yang diliput oleh studi fraud yang dilakukan oleh CFE.
a.         Financial

       1)      Asset/Revenue Overstatements
a)      Timing Differences
b)      Fictitious Revenues
c)      Concealed Liabilities
d)     Improper Disclosures
e)      Improper Asset
       2)      Asset/Revenue Understatements
b.         Non-Financial
       1)      Employment Credentials
       2)      Internal Documents
       3)      External Documents
Kelompok fraud terhadap laporan keuangan, misalnya :
-      Memalsukan bukti transaksi
-      Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya
-    Menerapkan metode pengakuan aset sedemikian rupa sehingga aset menjadi nampak lebih besar dibandingkan yang seharusnya
-  Menerapkan metode akuntansi tertentu secara tidak konsisten untuk menaikan atau menurunkan laba
-    Menerapkan metode pengakuan liabilitas sedemikian rupa sehingga liabilitas menjadi nampak lebih kecil dibandingkan yang seharusnya


SUMBER :
James A. Hall. Accounting Information Systems-Cengage Learning. 2010. PP-03-new

SAS 109 / COSO
  
 
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission, atau disingkat COSO, adalah suatu inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurangi kejadian tersebut. COSO telah menyusun suatu definisi umum untuk pengendalian, standar, dan kriteria internal yang dapat digunakan perusahaan untuk menilai sistem pengendalian mereka.
SAS 109/COSO ini menggambarkan hubungan antara struktur pengendalian internal, penilaian auditor risiko, dan perencanaan prosedur audit di dalam perusahaan. Bagaimana ketiga hal tersebut saling berhubungan? Semakin lemah struktur pengendalian internal, semakin tinggi tingkat risiko; semakin tinggi risiko, prosedur auditor lebih diterapkan dalam audit.


A.     BUSINESS OBJECTIVE
Tujuan dari IC terdiri dari Operations, Reporting, dan Compliance, yang dijelaskan sebagai berikut :
1.            Operations Objectives
Tujuan operasional terkait dengan pencapaian misi, visi, dan tujuan didirikannya entitas. Tujuan ini terkait dengan peningkatan financial performance, produktivitas, kualitas, enviromental practices, return of assets, dan likuiditas. Salah satu tujuan yang terkait dengan tujuan operasional adalah Pengamanan Aset. Entitas dapat menentukan tujuan yang terkait dengan pencegahan kehilangan aset serta secara periodik mendeteksi dan melaporkan kehilangan aset.
2.            Reporting Objectives
Tujuan pelaporan berkaitan dengan penyusunan laporan untuk digunakan oleh organisasi dan stakeholders dalam hubungannya dengan pelaporan finansial/non-finansial serta pelaporan eksternal/internal. Karakteristik dari pelaporan finansial/non-finansial eksternal adalah disesuaikan dengan aturan dan kebutuhan eksternal, dipersiapkan sesuai dengan standar eksternal, dan mungkin diharuskan menurut regulator, kontrak, dan perjanjian. Sedangkan karakteristik pelaporan finansial/non-finansial internal adalah digunakan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan bisnis serta ditetapkan oleh manajemen dan board.
3.            Compliance Objectives
Aturan dan hukum merupakan standar minimal dari perilaku organisasi. Organisasi diharapkan akan menggabungkan standar tersebut ke dalam tujuan dari entitas, bahkan organisasi dapat menetapkan standar yang lebih tinggi daripada yang ditetapkan oleh hukum dan peraturan. Satu tujuan dan tujuan lainnya dapat saling tumpang tindih atau saling membantu. Misalnya dalam hal pelaporan keuangan, dapat menjadi dasar bagi manajemen dalam melakukan review dalam kinerja operasionalnya serta kepatuhannya terhadap aturan. Selain itu, pengamanan aset yang merupakan salah satu contoh tujuan operasional juga berpengaruh terhadap ketepatan jumlah aset dalam pelaporan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penetapan tujuan-tujuan ini tetap saling berkesinambungan, tapi tetap bergantung dengan situasi yang ada.

B.     INTERNAL CONTROL
Selain tujuan, IC juga memiliki 5 komponen serta 17 prinsip. Komponen IC adalah sebagai berikut:

Penjelasan :
1.            Control Environment
Lingkungan pengendalian adalah rangkaian standar, proses dan struktur yang menjadi dasar dalam pelaksanaan IC di seluruh organisasi. Terdapat lima prinsip yang terkait dengan komponen ini yaitu:
1)        Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika
2)   Board of directors menunjukkan independensi dari manajemen dan melaksanakan pengawasan terhadap pengembangan dan pelaksanaan IC.
3)  Dengan pengawasan Board, manajemen menetapkan struktur, bentuk pelaporan, tanggung jawab dan otoritas yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan.
4) Organisasi menetapkan komitmen dalam menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten dalam rangka pencapaian tujuan.
5)  Organisasi memegang individu yang bertanggungjawab dalam IC dalam rangka pencapaian tujuan.
Lingkungan kontrol menetapkan suasana organisasi dan mempengaruhi kesadaran kontrol dari para manajemen dan pegawainya. Elemen-elemen yang penting dari lingkungan kontrol adalah :
a.         Integritas dan nilai etika manajemen
b.         Struktur organisasi
c.         Partisipasi dewan direktur organisasi dan komite audit, jika ada
d.        Filosofi manajemen dan gaya operasi
e.         Prosedur pendelegasian tanggung jawab dan otoritas
f.          Metode manajemen dalam menilai kinerja
g.         Pengaruh eksternal, seperti penilaian dari agen penentu undang-undang
h.         Kebijakan dan praktik organisasi dalam memanajemen sumber daya manusiannya

2.            Risk Assessment
Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko untuk mencapai tujuan, serta membentuk dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola. Terdapat empat prinsip yang berkaitan dengan komponen ini yaitu:
1)       Organisasi menentukan tujuan yang spesifik sehingga memungkinkan untuk dilakukan identifikasi dan penilaian risiko yang terkait dengan tujuan.
2)    Organisasi mengidentifikasi risiko yang terkait dengan pencapaian tujuan di seluruh entitas dan menganalisis risiko untuk menjadi dasar bagaimana risiko akan diperlakukan.
3)        Organisasi mempertimbangkan potensi fraud dalam penilaian risiko.
4)    Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan yang akan memengaruhi sistem  pengendalian internal secara signifikan.
Organisasi harus melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengatur risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan. Risiko dapat muncul atau berubah dari situasi seperti ini :
a.     Perubahan dalam lingkungan operasi yang memaksa tekanan baru atau berubah pada perusahaan
b.    Personel baru yang memegang pemahaman kontrol internal yang berbeda atau tidak memadai
c.     Sistem informasi yang direkayasa kembali atau baru yang mempengaruhi pemrosesan transaksi
d.        Pertumbuhan yang signifikan dan cepat yang menyaring kontrol internal yang ada
e.     Penerapan teknologi baru ke proses produksi atau sistem informasi yang mempengaruhi pemrosesan transaksi
f.    Perkenalan akan lini atau kegiatan produk baru dengan pengalaman organisasi yang sedikit
g.     Restrukturisasi organisasi menghasilkan pengurangan dan / atau pengalokasian kembali personel-personel dari operasi bisnis dan pemrosesan transaksi yang diproses
h.      Memasuki pasar asing yang dapat mempengaruhi operasi (yaitu, risiko yang berkaitan transaksi mata uang asing)
i.     Penerapan prinsip akuntansi yang baru yang mempengaruhi persiapan laporan keuangan

3.            Control Activities
Aktivitas Pengendalian merupakan tindakan yang ditetapkan dengan prosedur dan kebijakan untuk meyakinkan bahwa manajemen telah mengarah untuk memitigasi risiko dalam rangka pencapaian tujuan. Terdapat tiga prinsip dalam komponen ini yaitu:
1)   Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang berkontribusi terhadap mitigasi risiko sampai pada tingkat yang dapat diterima dalam rangka pencapaian tujuan.
2)     Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian secara umum terkait teknologi dalam rangka pencapaian tujuan.
3)       Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan dan prosedur dalam pengimplementasiannya.
Aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang benar diambil untuk menghadapi risiko organisasi yang diidentifikasi. Kegiatan-kegiatan kontrol dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu :
a.     Kontrol Komputer. Kontrol komputer membentuk materi yang menjadi fokus utama. Kontrol ini secara khusus berkaitan dengan lingkungan TI dan auditing TI, dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu kontrol umum dan kontrol aplikasi. Kontrol umum berkaitan dengan keseluruhan entitas, seperti misalnya kontrol atas pusat data, database organisasi, pengembangan sistem, dan pemeliharaan program. Kontrol aplikasi memastikan integritas sistem spesifik seperti pemrosesan pesanan penjualan, utang dagang, dan aplikasi gaji
b.    Kontrol Fisik. Jenis kegiatan kontrol ini terutama berkaitan dengan sistem akuntansi tradisional yang menerapkan prosedur manual. Namun demikian, suatu pemahaman akan konsep kontrol ini juga memberikan wawasan akan risiko dan kontrol yang berkaitan dengan lingkungan TI (Teknologi Informasi).

4.            Information and Communication
Informasi diperlukan dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab IC nya dalam rangka pencapaian tujuan. Sedangkan komunikasi terjadi baik secara internal maupun eksternal dengan menyediakan informasi yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan IC sehari-hari. Terdapat tiga prinsip dalam komponen ini yaitu:
1)   Organisasi memperoleh dan menggunakan informasi yang berkualitas dan relevan dalam rangka mendukung fungsi dari komponen lain dalam IC.
2)      Organisasi secara internal mengomunikasikan informasi, termasuk tujuan dan tanggung jawab IC dalam rangka mendukung fungsi dari komponen lain dari IC.
3)     Organisasi berkomunikasi dengan pihak eksternal terkait hal yang mempengaruhi fungsi dari komponen lain dalam IC.
Sistem informasi akuntansi terdiri atas catatan-catatan dan metode yang digunakan untuk memulai, mengidentifikasi, menganalisis, dan mencatat transaksi organisasi serta untuk memperhitungkan aktiva dan kewajiban terkait. Kualitas informasi yang dihasilkan oleh AIS mempengaruhi kemampuan manajemen melakukan tindakan dan membuat keputusan berkaitan dengan operasi organisasi dan untuk menyiapkan laporan keuangan yang dapat diandalkan. Sistem informasi akuntansi yang efektif akan :
a.         Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi keuangan yang sah
b.       Menyediakan informasi yang tepat waktu tentang transaksi dengan rincian yang rumit untuk memungkinkan klasifikasi dan pelaporan keuangan yang benar
c.       Mengukur nilai transaksi keuangan dengan akurat sehingga efek mereka dapat dicatat dalam laporan keuangan
d.        Mencatat transaksi dengan akurat pada periode waktu munculnya

5.            Monitoring Activity
Evaluasi berkelanjutan, terpisah, atau kombinasi keduanya untuk memastikan seluruh komponen IC ada dan berfungsi. Terdapat dua prinsip dalam komponen ini yaitu:
1)         Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi berkelanjutan dan/atau terpisah untuk memastikan seluruh komponen IC ada dan berfungsi.
2)         Organisasi mengevaluasi dan mengomunikasikan defisiensi IC pada pihak yang bertanggung jawab agar diambil tindakan korektif.
Pihak manajemen harus menentukan bahwa kontrol internal berfungsi dengan benar. Pengawasan adalah proses di mana kualitas desain kontrol internal dan operasinya dapat dinilai. Hal ini dapat dicapai dengan prosedur yang terpisah atau dengan kegiatan yang berkelanjutan
Seorang auditor internal organisasi dapat mengawasi kegiatan-kegiatan entitas dalam prosedur yang terpisah. Mereka mengumpulkan bukti kecukupan kontrol dengan menguji kontrol, kemudian mengkomunikasikan kekuatan dan kelemahan kontrol kepada manajemen. Sebagai bagian dari proses ini, auditor internal memberikan rekomendasi spesifik untuk perbaikan kontrol.
Pengawasan yang berkelanjutan dapat dicapai dengan mengintegrasikan modul-modul komputer khusus ke dalam sistem informasi yang menangkap data kunci dan / atau melakukan tes kontrol untuk dilakukan sebagai bagian dari kegiatan operasi rutin.

C.     ORGANIZATIONAL STRUCTURE
Dimensi ketiga dari matriks COSO menggambarkan struktur organisasi dari perusahaan itu sendiri meliputi :
1.            Entity-Level, merupakan level entitas di dalam organisasi
2.            Division, merupakan divisi di dalam organisasi
3.            Business Unit, merupakan unit bisnis di dalam organisasi
4.            Subsidiary, merupakan subsider di dalam organisasi

SUMBER :
James A. Hall. Accounting Information Systems-Cengage Learning. 2010. PP-03-new
www.coso.org
Gambar : 



TWO TYPES OF IT CONTROLS
DUA JENIS PENGENDALIAN IT

1.            GENERAL CONTROLS / PENGENDALIAN UMUM
Berlaku untuk semua sistem dan mengatasi pemerintahan dan infrastruktur, keamanan sistem operasi dan database, aplikasi dan akuisisi dan pengembangan program IT.
Contoh : kontrol atas pusat data, database organisasi, pengembangan sistem, dan pemeliharaan program
Pengendalian umum pada perusahaan dilakukan terhadap aspek fisikal maupun logikal. Aspek fisikal dilakukan terhadap aset aset fisik perusahaan, sedangkan aspek logikal terhadap sistem informasi di level manajemen (misal : sistem operasi). Pengendalian umum sendiri digolongkan menjadi beberapa, yaitu :
A.            PENGENDALIAN ORGANISASI DAN OTORISASI
Yang dimaksud dengan pengendalian organisasi adalah secara umum terdapat pemisahan tugas dan jabatan antara pengguna sistem (operasi) dan administrator sistem (operasi). Dan juga dapat dilihat bahwa pengguna hanya dapat mengakses sistem apabila memang telah diotorisasi oleh administrator
B.            PENGENDALIAN OPERASI
Operasi sistem informasi dalam perusahaan juga perlu pengendalian untuk memastikan sistem informasi tersebut dapat beroperasi dengan baik selayaknya sesuai yang diharapkan
C.            PENGENDALIAN PERUBAHAN
Perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap sistem informasi harus dikendalikan, termasuk pengendalian versi dari sistem informasi tersebut, catatan perubahan versi, serta manajemen perubahan atas diimplementasikannya sebuah sistem informasi.
D.           PENGENDALIAN AKSES FISIKAL DAN LOGIKAL
Pengendalian akses fisikal berkaitan dengan akses secara fisik terhadap fasilitas-fasilitas sistem informasi suatu perusahaan, sedangkan akses logikal berkaitan dengan pengelolaan akses terhadap sistem operasi sistem tersebut, contoh : windows

2.            APPLICATION CONTROLS / PENGENDALIAN APLIKASI
Berlaku untuk aplikasi dan program tertentu, dan memastikan validitas data, kelengkapan dan akurasi, dan memastikan integritas sistem tertentu
Contoh : kontrol atas pemrosesan order penjualan, hutang, dan aplikasi penggajian.
Pengendalian aplikasi berkenaan dengan eksposur-eksposur dalam aplikasi tertentu, seperti sistem pembayaran gaji, pembelian, dan sistem pengeluaran kas. Pengendalian aplikasi yang dapat berupa tindakan atau prosedur manual yang diprogram dalam sebuah aplikasi dikelompokkan dalam 3 kategori besar : pengendalian input, pengendalian pemrosesan, dan pengendalian output.
A.            PENGENDALIAN INPUT
Komponen pengumpulan data dari sistem informasi bertanggung jawab untuk membawa data ke dalam sistem untuk diproses. Pengendalian input pada tahap ini berusaha untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi tersebut sah, akurat, dan lengkap. Prosedur input data dapat berupa input yang digerakkan oleh dokumen sumber (batch) atau input langsung (real-time).
Input langsung dapat menggunakan teknik pengeditan real-time untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan sesegera mungkin, dan karenanya secara signifikan dapat mengurangi jumlah kesalahan yang memasuki sistem. Di sisi lain, input dari dokumen sumber memerlukan lebih banyak keterlibatan manusia dan lebih terbuka pada kesalahan-kesalahan penulisan daripada prosedur input langsung.
Sebagian jenis kesalahan yang dimasukkan ke dalam dokumen sumber tidak dapat dideteksi dan diperbaiki selama tahap input data. Dalam menangani hal ini, perlu dilakukan penelusuran transaksi sampai ke sumbernya (misalnya, menghubungi pelanggan) untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
Kelas Pengendalian Input :
Untuk tujuan diskusi, pengendalian input dibagi dalam kelas-kelas umum berikut ini :
1)             Pengendalian dokumen sumber
2)             Pengendalian pengodean data
3)             Pengendalian batch
4)             Pengendalian validasi
5)             Koreksi kesalahan input
6)             Sistem input data yang bersifat umum
B.            PENGENDALIAN PEMROSESAN
Setelah menjalani tahap input data, transaksi memasuki tahap pemrosesan dari sebuah sistem. Pengendalian pemrosesan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
1)             Pengendalian Run-To-Run
2)             Pengendalian Intervensi Operator
3)             Pengendalian Jejak Audit
C.            PENGENDALIAN OUTPUT
Pengendalian output memastikan bahwa output sistem tidak hilang, tidak salah arah, atau dikorupsi dan hak pribadi (privasi) tidak dilanggar. Eksposur untuk jenis ini dapat menimbulkan gangguan serius bagi kegiatan operasi dan menimbulkan kerugian keuangan bagi perusahaan. Misalnya, jika cek yang dihasilkan oleh sistem pengeluaran kas perusahaan ternyata hilang, atau dihancurkan, akun perdagangan dan tagihan lainnya akan tidak bisa ditagih. Hal ini dapat merusak peringkat kredit perusahaan dan mengakibatkan hilangnya diskon, bunga, atau biaya pinalti.
Jika privasi dari jenis output tertentu dilanggar, sebuah perusahaan mungkin akan mengompromikan tujuan bisnisnya atau bahkan terekspos secara hukum. Contoh dari eksposur privasi, antara lain pengungkapan rahasia usaha, penundaan keputusan hak paten, hasil riset pemasaran, dan catatan kesehatan pasien.
1)             Mengendalikan Output Sistem Batch
2)             Mengendalikan Output Sistem Real-Time



SUMBER :
James A. Hall. Accounting Information Systems-Cengage Learning. 2010. PP-03-new
James A. Hall. Accounting Information Systems-Cengage Learning. 2010. PP-15-new
James A. Hall. Accounting Information Systems-Cengage Learning. 2010. PP-16-new